Melihat

by - September 29, 2018

Jadi, saya mau bercerita kalau kemarin pagi saya baru saja membaca tulisan teman-teman saya, bukan teman-teman dekat saya, hanya ‘teman’, jadi saya memang belum kenal sekali, tapi kami adalah teman. Oh iya, beberapa saya baca tulisan mereka di tumblr, sebagian saya baca di medium, sebagian saya baca platform lain. Kontennya pun beragam, dari pembahasan kerja, pandangan hidup, pengalaman organisasi, cerita-cerita sederhana, dan beberapa tulisan penyemangat. Setelah saya membaca tulisan mereka, saya berpikir, kurang lebih seperti ini “Wah, dia hebat sekali.” atau mungkin “Wow, manusia kenapa pada baik banget ya.” Saya kagum dengan kebaikan-kebaikan dan prestasi mereka, dan sejujurnya saya jadi merasa minder?
 I don’t know how to say it properly, it’s like all I see is their kindness, more like I see merely their perfections and somehow their perfections make me feel like I am a dust??? Okay, I think I use this-like-word way too much. To make it clear, I am not jealous of them, nope. Not at all, I feel happy to have such great friends like them. But, maybe I am just focused on their ‘good sides’ way too much? Maybe I forget that human is just human. We make mistakes and will keep making mistakes in the name of learning process. Also, we have so much lacks, whether we show them or hide them, whether people know or not.
Jadi, sebenarnya saya ingin menyampaikan pendapat, bahwa mungkin kita sebagai manusia, sering kali menilai seseorang dari seberapa banyak hal-hal baik yang ada di diri seseorang. Seberapa banyak prestasi yang sudah diperoleh oleh orang tersebut, seberapa bagus track record-nya dulu—dan saya ngga bilang itu hal yang salah. That’s okay and we’re allowed to do that. Hanya saja, akan lebih baik jika kita juga menyadari bahwasanya semua orang sebenarnya memiliki kekurangan. Beberapa teman yang menurut saya ‘terlihat sangat baik’ pun saya yakin mereka punya kekurangan, hanya saja mungkin saya belum mengetahuinya. Di sini saya bukan bermaksud untuk mencari aib atau kekurangan orang lain ya. Bukan, sama sekali bukan begitu.
Terus intinya apa dong? Mungkin, intinya adalah mari kita cintai diri kita, mari kita sayangi diri kita. Mari berhenti menganggap orang lain sempurna dan kita jauh tertinggal dari mereka, karena memang pada dasarnya ngga ada manusia yang sempurna. Orang-orang yang kita nilai sangat baik pun juga memiliki kekurangan, hanya saja alhamdulillah Allah menutupi aibnya. Begitu pun kita ya, saya yakin aib kita banyak yang ditutupin oleh Allah. Waduh, jadi melebar ke mana-mana. Maksud saya adalah, jika kita pernah merasa diri kita terlalu buruk, masih banyak kekurangan di berbagai hal, dan orang-orang di luar sana terlihat sempurna, di mana mereka terlihat baik, cerdas, sopan, sukses—dan sifat-sifat terpuji lainnya, kita tidak perlu merasa rendah diri. Improve diri dengan mencontoh kebaikan-kebaikan dari teman-teman kita merupakan hal yang sangat benar dan dianjurkan, tapi jangan sampai merasa rendah diri ya, karena sebenarnya semua orang memiliki kekurangan. Dia, mereka—kita semua sama, memiliki sisi baik dan buruk. Hanya perkara lebih dominan yang mana yang ada di diri kita. Oh iya, satu lagi. Dalam sebuah hubungan, entah hubungan pertemanan, hubungan di dalam keluarga, pun di dalam hubungan romansa, mengetahui bahwa orang-orang di sekitar kita bukanlah orang yang sempurna itu penting, karena the way we deal with the bad sides of people is way more difficult than how we accept good sides of them. Menerima baiknya orang mah gampang, tapi bertahan atau berusaha memperbaiki beberapa kekurangan orang-orang di sekitar kita yang susah.
Hmm satu lagi, kunci untuk bahagia dan bersyukur itu adalah berhenti membandingkan diri kita dengan orang lain. Tulisan ini juga akan menjadi reminder bagi saya, jika suatu saat saya mulai membandingkan diri saya dengan orang lain dan merasa bahwa saya sangat tertinggal jauh, saya harusegera sadar dan berhenti melakukan itu. Eh, atau mungkin ngga masalah membandingkan diri kita dengan orang lain, tapi outputnya motivasi untuk jadi lebih baik ya, jangan sampai merasa rendah diri. Jadi semacam Fastabiqul Khairat atau berlomba-lomba dalam kebaikan. Kalau teman kita bisa bersedekah, kita boleh banget lah ya pengen juga bisa sedekah. Ya, kurang lebih begitu.
Akhirul kalam, untuk semua yang membaca tulisan ini, please love yourself. And for anyone who reads this, I hope y’all will be fine, y’all will be loved and again, please don’t forget to love yourself. 
Dari Aida, yang sempet minder tapi habis itu ngga mau minder. 
Dan semoga di waktu mendatang ketika saya baca ini, saya ngga pusing ya, karena sepertinya tulisan saya muter-muter wkwkw.
Bonus bunga matahari yang cakep, semoga hari teman-teman menyenangkan yaaaa!

You May Also Like

0 komentar